Sebelum aku menulis post ini, aku sudah memastikan bahwa keadaan hati serta emosiku sudah cukup stabil untuk menulis dan kembali pada hari itu.
Persis sebulan sudah berlalu...
Hari itu, Sabtu tanggal 15 September 2012, di gedung PKM UIN Susqa, Pekanbaru, Riau. Seharusnya menjadi hari besar bagiku. Pekan Olahraga Nasional (PON) pertamaku, saat yang aku tunggu, aku nanti2. Aku membawa team tuan rumah, Riau. Ya, singkat cerita, aku pindah dari Jabar, entah untuk sementara atau bagaimana. First, let me tell you, i'm here, in Riau is one of Allah miracle. Persis pada pertengahan tahun 2011 yang lalu aku sempet mengucap ke mama Amel, "ma aku mau rasain main PON". And now, here i am. Leaving my family, friends and my college to fight in PON Riau XVIII 2012.
Sekitar seminggu sebelum hariku bertanding, aku sudah merasa dapet banyaaaak banget kemudahan dari Allah. Subhanallah, itu semua bikin gue makin yakin. In the name of Allah. Hari itu datang. Pertandinga pertamaku, perempat final, aku ketemu sama kak fitri Sumbar lagi. Fyi, gue sekali menang sekali kalah lawan dia. Dan ini giliran gue menang. Pertandingan berjalan baik. Sampai tiba2 poinku pas nendang Dwihurigi ke kepala cuma keluar 3, padahal harusnya 4!!! Semua supporter sudah berteriak ke coach ku, so do i, aku udah ngacungin 4 jariku, tapi coachku mengabaikan, dan aku harus kembali fokus ke pertandingan.
Point kami saling susul menyusul, aku masih memimpin 4-3. Sampai ketika aku menendang Dwi chagi ke body, sistem sensor di body menyatakan itu point, keluar satu point, seharusnya wasit menambahkan satu point lagi, tapi... Tak ada yang melakukan protes, hanya para supperter saja yang sudah berteriak sangat kesal dari tribun, tapi coach tak kunjung sadar. Hasil akhir, aku kalah 6-5. Hanya selisih satu point. Dan aku kehilangan dua pointku. Miris...
Duniaku runtuh saat itu juga, ingin menangis tapi kelu. Tak lama selang setelah itu ada seorang wasit yang datang ke ruangan kami, mereka bilang "Coach tolong perhatikan kalau point ada yg belom keluar. Sheren itu tadi dua kali pointnya kurang, coach harus jeli, jangan sampe dirugiin lagi". Ah itu hanya bikin aku makin tertusuk.
Pertandingan hari itu selesai, sanim nico minta maaf. Sepertinya memang ada 'sesuatu' yang menghalanginya ketika mendampingiku bertanding saat itu. Coachnim pun cerita, pada saat itu dia sudah mengingatkan pelatih utama ku untuk angkat kartu, mengajukan protes. Tapi diabaikan. Aku semakin sadar, ada sesuatu diluar kuasaku yang tak bisa aku kendalikan. Aku dan kedua orangtuaku sudah full berdoa untuk keamanan dan kelancaranku, tapi ternyata kami lupa mendoakan perlindungan untuk team dan pelatih kami.
Tapi itu semua semakin membuatku sadar, ada hal-hal yang tidak bisa kita ulang kembali. Itu sudah terjadi, telah berlalu. Apalagi namanya kalau bukan Takdir Tuhan, jika kita semua sudah berusaha tapi hasilnya tetap tidak sesuai dengan keinginan kita? Apalagi kalau bukan takdir? Aku cuma bisa berusaha pasrah ikhlas tabah. Percaya bahwa Allah telah siapkan sesuatu yang lebih indah untukku dibalik ini semua. Walaupun jujur masih sering berputar semua kejadian hari itu di kepalaku. Sakit memang. Miris memang. But deep in my heart, I know that I WIN :)
Semuanya akan indah di akhir. Kalau ini belum indah, berarti ini bukanlah akhir.
Life must go on, and i'll keep moving forward.
Thanks Lord. Sukseskanlah aku di dunia dan akhiratmu dengan caramu
cause i always do believe in you and your faith. Amin