Saturday, June 7, 2014

Sadar Diri

Hello.
Well, its been so long since the last time i posted sumthin here. Honestly, there're several drafts that i already write, but seems like i lost all the mood to finish it Hihi. Forgimme, dear blog~

Tonight i'm gonna share something. About me myself and my experience in Tanah Haram, Saudi Arabia. Am not gonna tell the whole story while in there, cause it will be so long since every second and every minutes in there are sooo precious. So, aku cuma mau cerita tentang pelajaran yang bisa aku ambil dari perjalanan ibadahku, yaitu akan pentingnya Sadar Diri. Dan dalam cerita ini aku bakal jujur 100% ga ada yang ditutupin ya. Supaya kita sama2 belajar :)

Sekitar sebulan sebelum berangkat ke Tanah Suci awal tahun 2014 kemarin aku semakin memantapkan persiapan lahir bathinku. Saat itu jugalah aku sadar bahwa tidak ada manusia yang luput dari dosa, terlebih aku, Sheren Utari. Seorang gadis yang masih dalam perjalan panjang menuju Ridha-Nya sepenuhnya.

Mama pun sudah mulai menyarankan agar aku mulai rutin shalat taubat. Mohon di ampunkan dosa2nya agar ketika sampai tanah suci sudah dalam keadaan suci dan diperlancar ibadahnya. Selain itu satu pesan mama yang selalu aku inget "Dek jangan sampai berbantah-bantahan disana yaaa. Ibu dan anak, suami dan istri, sering ditegur Allah disana terutama kalau berbantah2an..." Aku selalu ingat pesan itu.

Terus berusaha memperbaiki diri, memantapkan persiapan. Jujur, rasa tidak sabar, bahagia, bersyukur, dan tidak lepas, rasa deg2an itu memang ada. Kenapa deg2an? Yaaa, dengar2 dari cerita2 yang sudah lebih dahulu ke Tanah Haram, kelak disana kita akan benar2 diperlihatkan segala amal perbuatan kita loh. Baik atau buruk akan sekejap langsung diperlihatkan oleh Allah. Dan bagaimana keadaan kita disana nanti ya itulah diri kita adanya dalam kehidupan sehari2. Di buku yang aku baca, ada yang ketika landing di Jedah orang itu seketika menjadi tidak waras. Ada juga yang ketika landing tubuhnya langsung sakit2an. Naudzubillaaah..... Jujur, itu membuatku takut. Aku bukan manusia yang suci tanpa dosa. Namun, bersyukur rasa takut itu justru membuatku semakin kuat berdoa memohon ampun.

Dalam pesawat lidahku tak berhenti ber-Istighfar, dab beberapa saat sebelum landing di Jeddah rasa haru dan bahagia mengucur bersama air di mataku. Singkat cerita, 9 hari aku disana terasa begitu indah dan damai. Benar pula aku buktikan bahwa semua amal perbuatan kita disini langsung diberi balasan oleh Allah. Dan syukur Alhamdulillah ibadahku sepenuhnya lancar dan penuh kemudahan Allah. Sempat beberapa hari terakhir disana aku merasa "Ya Allah belom ada 'sentilan' apapun dariMu. Mana mungkin aku tak punya salah ya Allah. Jika memang aku memiliki sifat buruk, aku mohon agar kau sadarkan aku disini agar kelak aku bisa perbaiki diri ini jadi lebih baik" Aku berkata begitu dalam hati dengan segala kerendahan tanpa maksud menantang Sang Pencipta.
Rupanya Allah sangat menyayangiku. Aku hanya sekali sempat ditegur, aku kehabisan jatah makan siang dan walaupun aku dan mama sempat sekali bersalah paham namun Alhamdulillah segera kami luruskan. Selebihnya, lancar Alhamdulillah. Justru sempat pipiku dibelai lembut oleh seorang wanita Turki yang sangat cantik ketika aku menangis terisak karena tersadar telah berada di Raudhah, keajaiban aku bisa masuk Raudhah dengan mudah bersama ibuku, kemudahan aku bisa shalat beberapa rakaat di Raudhah bahkan sempat ada wanita2 bercadar melindungi ku bersujud hingga masuk ke Hijr Ismail dan bisa shalat pada jarak yg begitu dekat di multazam. Itu semua mustahil tanpa adanya kuasa Allah SWT.

Singkatnya, Ibuku bercerita ketika perjalanan kami kembali ke tanah air. Selama 9 hari disana aku berubah menjadi sosok yang sangaaaat pendiam, aku hampir tidak pernah bicara jika tak perlu (Ya, karna aku tak mau salah berucap sedikitpun disana). Dan yang kedua, yang sepertinya menjadi kunci sukses penuh kelancarannya ibadahku adalah karena disana aku selalu menuruti kata Ibu ku, mengingat pesannya baik2 agar jangan berbantah2an dan aku selalu berusaha melindunginya mengutamakannya.
Setelah itu lah aku semakin tersadar, betapa kuatnya keajaiban dari menuruti dan menyayangi Ibumu.
Allahuakbar.

Terimakasih Allah SWT yang telah memberikanku Ibu Bapak dan kehidupan yang sungguh luar biasa ini :)

(P.s. Anyone who curious about my whole story in there, just tell me directly yaa. Love you all! ♥)

Share: