Friday, August 9, 2013

Ramadhan 1434 H

Ramadhan has over. Here i am 1 Syawal 1434 H. I wish i could be better and better :)

                                       

I would like to share about my Ramadhan this year. There are much different things from my Ramadhan last year. Last year i through Ramadhan in Pekanbaru Riau, taking my training camp for PON, far away from home, far away from my family in Jakarta. Puasa di asrama itu jelas beda jauh sama puasa di rumah. Sahur dan berbuka di rumah selalu terasa lebih enak, apapun bisa dimakan hehe. Belom lagi karna harus puasa dan tetep ngejalanin latian pagi sore itu rasanyaaa...

Well, i think Ramadhan this year is one of the best Ramadhan that i ever had, why? Here it is ...
Seperti biasa, awal Ramadhan dimulai dengan adanya sidang itsbat, seperti biasanya juga keluargaku selalu mengikuti keputusan pemerintahan saja. Akhirnya kami menjalani puasa pertama kami pada tanggal 10 Juli 2013. Tarawih pertama, ah senangnya, bisa kembali pergi ke mesjid rame-rame sama keluarga dan juga tetangga-tetangga. Di Masjid pun biasanya ketemu tetangga atau temen atau guru-guru sekolah hehe, soalnya tahun lalu aku tarawih jalan sendiri, shalat sendiri gitu, sepilah pokoknya mah.

Shalat Tarawih malam pertama, disinilah cerita dimulai, Allah ngga tanggung-tanggung menunjukan keindahan-Nya padaku. Ustad yang memimpin tarawih malem itu berhasil bikin gue nangis nyesek ketika denger beliau baca Ar-Rahman dengan khusyuk dan merdu, serasa ada sekelebat hawa surga yang mengalir menusuk menggetarkan tiap sudut dalam tubuh ini. Sajadahku basah, indahnya Ayat-ayat-Mu Ya Rabb. Seusai tarawih malam itu aku baru tau kalau Imam tarawih malam tadi adalah seorang Ustad muda, fresh graduate dari FHUI. Interesting.

Malam-malam berikutnya aku semakin menikmati shalatku, menikmati ayat-ayat yang dilantunkan oleh Ustad muda itu dengan khusyuk. Caranya, suaranya menambah keindahan ayat Allah tersebut. Seakan semua yang menghadiri tarawih ikut terhanyut melayang dalam pelukan Allah SWT. Malam Ramadhan ke-5 aku akhirnya   melihat Ustad muda itu, dia menyalami papaku. Walaupun hanya melihatnya dari belakang, tapi aku merasa sejuk. Sejak malam itu, entah mengapa mataku ini selalu sangat sensitif menangkap keberadaan sosok satu itu. Muda, shaleh, bersemangat, tegap, sangat sopan dengan papa mamaku. Subhanallaah..

Tak terasa, kini memasuki 10 malam terakhir Ramadhan. Keluargaku rutin Itikaf setiap hari, semakin semangat karna tiap malam Ustad muda itu yang akan memimpin. Hingga datang malam terakhir Ramadhan aku semakin merasakan berkah Ramadhan tahun ini. Lantunan ayat-ayat Allah yang kemudian tanpa sadar  memaksa air mata ini bercucuran membasahi mukena dan sajadahku, ditambah tiba-tiba hujan deras turun ketika kami Shalat Lail malam itu. Subhanallah, aku merasa semakin jatuh cinta kepada Allah. Allah membuatku jatuh cinta kepada-Nya, melalui cinta orang tuaku dan melalui Ustad tersebut. Subhanallah Alhamdulillah Allahuakbar.

Terimakasih Ya Allah Kau berikan aku hidayah sebelum kata terlambat datang. Terimakasih Ya Allah kau izinkan aku merasakan cintaMu. Terimakasih Ya Allah kau izinkan aku jatuh cinta dan semakin jatuh cinta kepadaMu ketika aku merasakan betapa luar biasanya Engkau Ya Rabb. Terimakasih Ya Allah Terimakasih... Terimakasih...

On the other side, aku ngga tahu apa yang aku rasain ini, ntah apa yang bisa menjelaskannya, ntah apa yang bisa menjelaskan bahwa hatiku selalu berdegup kencang melihat sosok itu. Semakin hari semakin dalam, semakin lama juga aku sadar, perasaan ini tidak seharusnya muncul. He's taken, She. Sakit? Memang. Tau apa yang membuatku semakin sakit? Ketika aku sadar bahwa Ramadhan tahun lalu ibuku sudah mengenalkan sosok ini, walaupun hanya dengan bercerita dan mengirimkan foto mama dengan sosok itu via bbm, tapi aku mengabaikan. Look what you've done? Satu lagi yang buat semakin luka, dia seakan memberikan response yang ntah atas alasan apa. Ntah itu sungguhan ntah itu hanya perasaanku yang kepedean aja. Bye~

Puncak keindahan muncul ketika 1 Syawal. Singkat cerita, aku dan mama tiba-tiba ngomong:
*sambil beresin kamar*
S  : Ma, mungkin ga ya Ustad kesini ma tiba-tiba?
M : Hmm mungkin aja. Mama shalawatin nih? Mama telepatiin nih?
S  : Iya ma iya mauu maaaa! *Lima menit kemudian, kami sekeluarga sedang berfoto diruang tamu*
M : Dek beneran dek beneran!
S  : *panik* Haaaaaah! Subhanallah. *lari ke kamar*

Mau tau siapa yang datang? Iya, Ustad muda itu, ibu, dan bapaknya kini duduk di ruang tamuku. Berbincang.
I cant ask more than this, God. Berkah luar biasa di 1 Syawal ini. Thank God :)

Actually, there're another much sweet lovely interesting thing and conversation that I had, but i decided to keep the rest of it here #youknowwhere. Even when i know it's totally wrong, even when it's hard for me to forget. Aku hanya berdoa pada Allah, Ya Allah mohon jaga hati dan perasaan ini, jangan biarkan aku terjebak pada perasaan yang salah, semoga jodohku kelak bisa se-shaleh, se-cerdas dan se-keren sosok itu.

Wassalamuallaikum ^^


p.s. Cerita ini hanyalah fiktif belaka, jika ada kesamaan tempat, nama dan juga cerita adalah hanya kebetulan discourse penulis semata. lol
Share:

0 comments:

Post a Comment